Secara de jure sebetulnya kemerdekaan Indonesia barulah terjadi pada tanggal 18 agustus tahun 1945. Tetapi secara de facto kemerdekaan sudah diproklamirkan pada tanggal 17 agustus 1945 dan itulah yang kebanyakan orang ketahui serta rayakan setiap tahunnya. Terlepas atas dasar de facto maupun de jure terkait tanggal kemerdekaan Indonesia tentu bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan, karena yang perlu menjadi fokus perhatian adalah bagaimana cara mengisi kemerdekaan itu.
Berbicara tentang peristiwa seputar kemerdekaan Indonesia, tentu banyak menyimpan tanda tanya mengingat persebaran informasi masa itu jauh berbeda dibandingkan dengan sekarang. Itulah mengapa kisah-kisah yang dituturkan pelaku sejarah maupun dituliskan dalam buku-buku sejarah seringkali menjadi hal yang menarik untuk didengar. Apalagi jika kisah yang dimaksud merupakan kisah yang terbilang cukup unik dan tidak banyak diungkap, tentu akan lebih menarik lagi.
Kisah Seputar Proklamasi, Fakta Yang Jarang Orang Ketahui
Sebetulnya ada cukup banyak kisah unik dan menarik seputar masa bung Karno akan, saat maupun setelah membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tetapi kiranya kisah-kisah atau fakta berikut ini merupakan yang paling perlu diperhatikan.
-
Sakitnya Bung Karno menjelang pembacaan naskah Proklamasi
Suara bung Karno yang lantang menggelegar seperti yang biasa orang lihat dari beliau kabarnya tidak tampak saat beliau membacakan naskah Proklamasi. Pasalnya, pagi hari di hari akan dibacakannya Proklamasi ternyata putra sang fajar itu merasakan tubuh yang begitu tak enak. Badannya panas tetapi dirinya justru menggigil.
Meskipun dalam keadaan yang tidak begitu prima, tetapi beliau akhirnya tetap dengan gagah membacakan naskah Proklamasi kemerdekaan yang begitu dinantikan itu. Meski akhirnya segera setelah naskah selesai beliau bacakan, beliau langsung kembali ke kamarnya guna melanjutkan istirahatnya.
-
Bendera Pusaka Merah Putih dibuat dari kain seprai dan kain milik tukang bakso
Bendera merah putih merupakan salah satu atribut negara yang begitu penting keberadaannya. Tidak heran jika kehadiran bendera tersebut benar-benar harus ada dalam ceremonial pembacaan naskah Proklamasi kemerdekaan. Sayangnya dengan waktu yang tak banyak, sang penjahit bendera pusaka itu yaitu ibu Fatmawati yang juga merupakan istri bung Karno tidak memiliki banyak pilihan selain menggunakan bahan yang ada di sekitarnya.
Itulah mengapa kain berwarna merah untuk bagian atas bendera kabarnya merupakan milik seorang penjual bakso yang biasa digunakan menutupi lapak dagangannya. Sedangkan kain putihnya merupakan seprai milik ibu Fatmawati sendiri.
-
Foto detik-detik Pembacaan Proklamasi disembunyikan di bawah pohon
Di buku-buku sejarah termasuk juga di buku-buku pelajaran tentu tidak asing menampakkan foto ketika bung Karno sedang membacakan naskah Proklamasi kemerdekaan. Foto tersebut berhasil dinikmati di masa ini berkat kecerdikan sang fotografer yaitu France Mendoer yang menyembunyikan film dari foto tersebut di bawah pohon.
Pasalnya jika saja ia tidak menyembunyikan film dari foto tersebut maka dapat dipastikan tentara Jepang akan merebutnya dan sangat mungkin memusnahkannya. Tentu hal tersebut akan membuat tidak akan ada gambaran nyata yang dapat disaksikan generasi masa kini.
-
Rekaman suara Bung Karno membacakan Proklamasi tidak dilakukan pada hari-H
Rekaman suara berwibawa bung Karno ketika membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang biasa didengar di masa kini ternyata tidak direkam pada tanggal 17 agustus 1945. Ternyata, rekaman tersebut baru dilakukan enam tahun setelah peristiwa bersejarah itu dilakukan, tepatnya di tahun 1951.
Alasan hal tersebut dapat terjadi adalah karena pada hari naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dibacakan, tidak ada yang terpikir untuk melakukan perekaman suara. Kalaupun ada, maka tidak akan dibolehkan oleh tentara Jepang yang masih tersisa saat itu. Karena jangankan melakukan perekaman suara, mengambil gambar saja harus secara sembunyi.
Dilakukan enam tahun berselang sejak pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan juga bukan tanpa alasan. Pasalnya bagi bung Karno pribadi hal tersebut bukan hal yang krusial untuk dilakukan, apalagi pasca pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia banyak sekali hal yang harus dilakukan pemerintah saat itu.
Memaknai Kisah Sejarah Dibalik Pembacaan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kisah-kisah atau fakta yang diangkat di atas tentu bukan tanpa alasan disampaikan kepada pembaca sekalian. Pasalnya dari sana dapat dipetik makna yang cukup dalam dan tentu saja bisa menjadi pelajaran bagi generasi masa kini.
Yang paling jelas adalah tentu saja bagaimana semangat pantang menyerah yang ditunjukkan para pelaku sejarah yang tentu saja bukan hanya bung Karno. Jika saja karena sakitnya bung Karno enggan membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan, mungkin pelaksanaannya akan diundur hingga justru gagal terlaksana karena Belanda telanjur datang kembali mengisi kekosongan kekuasaan setelah kalahnya Jepang. Atau bisa juga karena ibu Fatmawati yang menyerah mencari solusi atas keterbatasan bahan yang ia miliki guna dijadikan bendera Merah Putih, mungkin saat peristiwa itu salah satu atribut penting berdirinya negara tidak akan ada.