Dalam catatan sejarah di Indonesia banyak pahlawan wanita yang memperjuangkan hak dan kebebasan Indonesia. Akan tetapi hanya sedikit saja yang menjadi tameng emansipasi wanita di tengah dominasi pihak laki-laki. Indonesia sendiri mengalami penjajahan selama ratusan tahun dimulai pada tahu 1512 dimana bangsa Portugis pertama kali datang untuk mengeksplorasi berbagai sumber kekayaan alam di kawasan bumi pertiwi. Dilanjutkan dengan kedatangan pihak Spanyol dan Inggris yang juga mulai membangun benteng mereka di kawasan nusantara.
Penjajahan dimulai dengan pertempuran perebutan wilayah antara pribumi dan tentara-tentara milik penjajah. Hingga pada akhirnya Belanda juga menjadi salah satu penjajah yang paling lama bertahan di Indonesia. Selama kurang lebih 350 tahun Belanda menapaki negara ini dan membuatkan berbagai sistem untuk rakyat Indonesia. AturanBelanda atau biasa disebut dengan kompeni sangat merugikan rakyat Indonesia akan tetapi dengan kekuatan yang dimiliki peluang untuk menang melawan mereka cukup kecil.
Para pejuang banyak menumpahkan darah mereka agar Belanda mundur dari Indonesia akan tetapi kekuatan yang besar selalu memukul mundur pasukan Indonesia. Selain pejuang yang berperang melawan tentara musuh, banyak pahlawan yang berjuang dalam hal lain. Salah satunya adalah pejuang kesetaraan wanita. Para pahlawan wanita ini menjadi ikon emansipasi wanita dan pahlawan perjuangan yang sangat dihormati.
Raden Ajeng Kartini Pejuang Kesetaraan Kasta Wanita
Tokoh pertama pejuang wanita yang sangat dihormati adalah Raden Ajeng Kartini. Kartini merupakan salah satu putri bangsawan yang lahir pada 21 April di Jepara. Kartini kecil adalah seorang anak perempuan yang cerdas dan juga ingin tahu. Tinggal di dalam kawasan yang selalu mengedepankan aturan dan adat membuat Kartini merasa terkekang. Dirinya yang bersekolah di sekolah khusus untuk orang-orang yang memiliki jabatan dan juga kedudukan mulai melihat nasib para perempuan yang tidak diijinkan untuk bersekolah.
Pada masa Belanda, hanya orang-orang tertentu yang diijinkan untuk sekolah. Bahkan untuk rakyat biasa yang tak bisa membayar pajak tidak diijinkan sekolah ke tempat sekolah para anak-anak Belanda dan penjabat. Satu aturan yang membuat Kartini muda bertekat untuk memperjuangkan dirinya adalah aturan untuk anak perempuan yang tidak boleh bersekolah atau mengenyam bangku pendidikan. Hal ini membuat banyak perempuan menjadi korban sebab tak bisa mempertahkankan diri mereka ketika berhadapan dengan pihak-pihak yang menyudutkan mereka.
Pada saat itu para perempuan bahkan tak diajari membaca dan menulis sebagai bekal dasar mereka untuk memulai kehidupan. Mereka hanya dicekoki untuk selalu menurut pada keluarga atau pihak laki-laki sehingga banyak yang diremehkan bahkan tak jarang mereka dilecehkan oleh pihak-pihak yang sengaja mengadu domba pihak-pihak tertentu. Kartini sendiri adalah pihak yang beruntung sebab dia masih mengenyam pendidikan dasar ataupun menengah. Kartini muda lalu menikah dengan suaminya dan memiliki satu orang anak. Kondisi kesehatan kartini yang makin memburuk membuatnya berjuang melalui gagasan-gagasan kesetaraan wanita di Indonesia.
Setelah kematian kartini, terungkap lah surat-surat Kartini yang berisi ide dan juga pemikiran emansipasi wanita modern. Setelah puluhan tahun kematiannya, surat tersebut dibukukan dengan judul habis gelap terbit lah terang yang berisi berbagai ide dan surat Kartini untuk perjuangan para wanita. Lalu sejak Indonesia merdeka tanggal 21 april selalu diperingati sebagai hari Kartini. Pada tanggal ini biasanya beberapa kalangan diwajibkan memakai kebaya termasuk para pekerja untuk memperingati kartini.
Dewi Sartika Pendiri Sakola Istri
Sejalan dengan Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika juga merupakan salah satu pahlawan emansipasi wanita. Sama-sama lahir dari keluarga bangsawan membuat Sartika bisa menikmati pengalaman belajar di sekolah formal. Pada masa Dewi Sartika tidak boleh anak-anak rakyat biasa termasuk perempuan-perempuan kecil. Hanya orang-orang penting dan disetujui Belanda saja yang boleh sekolah. Kesempatan untuk bisa bersekolah ini memberikan ide pada Sartika yang saat itu masih cukup muda untuk membangun sebuah sekolah khusus.
Sekolah tersebut disebut dengan sakolah istri. Yang bisa masuk ke sekolah ini merupakan anak-anak perempuan saja dari berbagai kalangan. Kurikulm yang diajarkan pada sekolah tersebut cukup sederhana yaitu membaca, menulis, merenda, menjahit serta banyak keahlian lain yang harus dimiliki oleh seorang perempuan. Karena kesuksesan sekolah istri yang pertama ini membuat beberapa sekolah istri kembali dibuat dan dibuka di beberapa kawasan.
Dewi Sartika yang berjasa memperjuangkan kesetaraan rakyat antara laki-laki dan perempuan dalam hal kesertaraan dalam pendidikan. Dewi Sartika menjadi salah satu pahlawan Indonesia dan jadi panutan dalam banyak sistem. Perjuangan Sartika masih berlanjut hingga sekarang dimana sudah tak ada lagi penjajah yang akan menghalangi proses belajar untuk para perempuan. Dengan perjuangan dua wanita ini maka kesetaraan wanita di Indonesia telah diakui. Semua masyarakat baik perempuan ataupun laki-laki memiliki kesetaraan dalam pendidikan.